Selasa, 25 September 2012

WIRAUSAHA VS. KARYAWAN ENTERPRENEUR VS. EMPLOYEE

Sudah lama sebenarnya saya tergelitik ingin membahas tema ini. Buat teman-teman blog readers yang juga aktif di twitter (paling tidak aktif mantengin TL aja), mungkin kenal dengan beberapa selebtwit yang jadi fenomenal akhir-akhir ini. Tak perlu disebut nama akun anonimnya, tapi followers-nya nembus angka 130ribuan orang! Kata tukul : Amazing.. bayangkan, How powerful it could be. Salah satu misi yang sering diusung adalah tentang #penggalauan dan #RESIGNaja kepada orang-orang yang masih pada betah ‘ngaryawan’. Isi twitnya kemudian berujung pada ajakan untuk berwirausaha. Buat beberapa orang yang mudah terpengaruh, it may worked to influence ‘em. Tapi dari kacamata saya yang masih amat miskin ilmu dan pengalaman, ingin berbagi sudut pandang lain tentang sisi positif dan negatif dari tiap pilihan. Semoga terhibur :)

Sejarah panjang dunia perniagaan sudah dikenal oleh manusia sejak jaman dahulu kala. Bahkan terdapat beberapa kutipan hadist yang menganjurkan berniaga dengan cara yang jujur. Selain itu bagi para muslim, sosok nabi Muhammad tidak lepas dari profesinya sebagai pedagang (baca: wirausaha) yang sukses. Meski profesi ini dijalani oleh Nabi SAW sebelum beliau menerima perintah menjadi nabi, akan tetapi sifat amanah (dapat dipercaya) dan jujur beliau-lah yang lebih patut untuk dijadikan contoh. Selain itu, masih banyak lagi bukti betapa perniagaan menjadi tumpuan roda perekonomian yang bisa menentukan hidup dan mati sebuah bangsa. Intinya adalah, dunia wirausaha yang lekat dengan perniagaan ini, disadari atau tidak sudah mendarah daging pada kehidupan manusia itu sendiri.

Lantas bagaimana dengan sejarah pekerja? Walau tak secemerlang kilau profesi wirausaha, namun profesi yang satu ini tidak boleh diremehkan. Sehebat apapun perusahaan ternama, tidak mungkin dapat bertahan tanpa adanya kontribusi pekerja (baca: karyawan). Raja-raja besar masa lalu bisa membangun kerajaan mewah dan menjalankan tahta/ dinasti mereka sampai ribuan tahun lamanya, apakah mungkin dilakukan seorang diri? Seorang Jenderal perang mungkinkah bisa mengalahkan musuh di medan perang kalau tidak ada prajurit yang senantiasa patuh pada perintah mereka? Bayangkan kalau perusahaan sebesar Google atau Apple, lalu karyawan-karyawan terbaik mereka mengundurkan diri karena ingin jadi wirausahawan. Akankah mereka bisa menemukan pengganti yang sama tanpa harus melewati tahap-tahap sulit? Rasanya tidak. Jadi, ada hubungan yang saling melengkapi disana, antara raja-rakyat, jenderal-prajurit, maupun bos-karyawan.

Sebagai orang yang pernah mengalami kedua kondisi diatas, saya memahami kondisi keduanya (sok empati :p). Namun pada kenyataannya, hidup itu tak semudah twit akun anonim untuk menjadi wirausaha ataupun bertahan menjadi karyawan. Sebab, hal paling mendasar yang perlu diketahui setiap orang adalah:  
menemukan profesi yang paling sesuai untuk dirinya! 


Menjadi seorang enterpreneur sejati yang bisa sukses dan bertahan itu gak gampang lho. Meskipun juga bukan merupakan hal yang mustahil, namun kerja keras dan konsistensi pada tujuan menjadi hal yang utama dibalik kesuksesan tersebut. Kalau wirausaha tapi masih ‘ngaryawan’, ya nggak optimal juga kerjaannya. Omzet ga optimal, kualitas kerja di kantor juga bisa aja terganggu. Belum lagi terhitung ‘korupsi’ waktu karena diam-diam menggunakan waktu kerja dan fasilitas kantor untuk kepentingan usahanya. Wirausahawan fulltime tapi semangat pasang-surut, juga masih jauh lah dari kata sukses. Terus apa dong yang betul? Hihihi... 

Again, life is about choices. Kita emang disediakan begitu banyaknya pilihan yang menggiurkan hati dan pikiran, juga nafsu. Kenapa nafsu? Yess, jangan dikira hal yang satu itu ga diam-diam ‘menunggangi’ niat kita berusaha lho. Nafsu memiliki rumah mewah, nafsu memiliki mobil bagus, nafsu memiliki gadget keluaran tebaru, nafsu memiliki authority dan popularitas sebagai orang yang dipandang sukses, nafsu ingin memiliki kehidupan yang serba berkemudahan. Masih belum yess? Tapi...nafsu itu ada juga yang positif. Nafsu ingin memberi penghidupan layak buat keluarga, nafsu ingin menafkahi keluarga dan orang-orang yang membutuhkan, nafsu ingin menghasilkan karya yang bermanfaat, nafsu ingin mengamalkan ilmu, dan nafsu ingin mencari keberkahan dalam hidup (daripada minta-minta hayooo). Nah, buat orang-orang yang digoda nafsu seperti disebutkan diatas, cara untuk meraihnya ada 2: jadi KARYAWAN yang gajinya gede banget, atau WIRAUSAHA. Meski keliatan remeh, tapi nafsu lah yang akan menjadi niat kita untuk meraih sesuatu. Niatlah yang akan menentukan apa dan bagaimana tujuan kita kelak. Yess? :)

Bercermin yuuukkk.... Nah, sekarang pilihan mana sih yang paling sesuai untuk diri kita? Ga perlu lah kita memaksanan diri pada satu pilihan yang menurut kita menarik, tapi ternyata kita ga mampu melakukannya. Bicaralah pada hati yang paling dalam, niat kita sebenarnya apa sih? Lalu ukur kemampuan diri. Memang dalam dunia usaha, banyak hal yang bisa dipelajari seiring berjalannya waktu. Modalnya adalah tekad dan kemauan. Almost nothing is impossible. Dan kita harus siap untuk segala konsekuensinya, jatuh-bangun, untung-rugi, lancar-seret, kreativitas dan inovasi tanpa henti. Tapi gimana kalau saya belum siap dengan konsekuensinya? Ya nggak ada salahnya jadi karyawan. Jangan minder dulu, karena karyawan pun baru bisa dibilang sukses ketika dia sudah memiliki dedikasi, integritas, dan loyalitas yang tinggi sama tempatnya bekerja. Dan itu pun ga mudah! Tantangan ngerjain tugas dari bos, keuletan mengerjakan sesuatu yang sebetulnya ga disuka, kemampuan bertahan dan berusaha optimal pada situasi yang serba terbatas, kerja sama tim, membimbing orang lain, komunikasi, dan sederet target ataupun KPI (Key Performance Indicator) lainnya. I don’t think its easy. It takes a lot of hardwork too.

Terus kalau belum juga bisa menentukan jalan hidup kita gimana dong? Jawabannya teruslah bereskplorasi sama diri sendiri. Tantanglah diri pada salah satu pilihan, berusahalah jadi yang terbaik. Nah, dari proses yang sudah ada, beranilah untuk menilai diri sendiri dengan jujur. Mana kelebihan dan kekurangan kita, lalu cocokkan dengan karakter masing-masing profesi baik karyawan ataupun wirausaha. Kalau mentok, coba cara lainnya. Masih banyak jalan menuju solusi, dan kesulitan itu tidaklah didatangkan kecuali dengan jalan keluar. Yang paling penting, kegigihan, konsistensi, mau belajar, dan jangan lupa pada tujuan kita semula. Banyak ya? :p

Gimana yang karyawan, udah sedikit lega kah? Yang wirausaha tapi belum punya omzet jutaan, udah dapat ide baru kah? Jangan pernah minder. Minder itu Cuma untuk orang yang setengah-setengah mencapai sukses (nampar-nampar pipi sendiri :p). Have a great journey, everyone! ^^

Pesan Moral :
Masing-masing pilihan punya konsekuensi, baik positif maupun negatif. Pilihan manapun, tidak bisa dipaksakan pada setiap pribadi, karena setiap orang memiliki jalan rejeki yang berbeda.