Senin, 16 Juli 2018

Ambil Jarak Sejenak

❤❤❤❤❤❤❤❤❤
.
.
Ambil Jarak Sejenak
.
.
.
Beberapa waktu yang lalu saat mengikuti kelas KISS mbak @okinaf  di Yogyakarta lagi-lagi seperti di remind banyak hal, terutama tentang perbaikan diri sendiri (baca:transforming behavior skill).
.
🌷🌷🌷
.
.
Why this is so important dan kayanya jadi topik yang ngga kelar2 dibahas? Karena emang perbaikan diri itu berkelanjutan. Mau cari ilmunya aja udah dapet godaan : mending uang segitu dipake kebutuhan yang lain, ah paling kaya kelas2 training lainnya lah, dll. Udah ikut kelasnya pun masih aja ada hal2 yang 'ngga berubah' di diri ink.
.
.
Then I ask myself : nggak berubah apa emang ngga sungguh-sungguh diusahakan untuk berubah? 😥
.
.
Efeknya kemana-mana, ke pasangan yang sering jadi objek telunjuk kita (a.ka. kambing hitam), kurang syukur, ke anak masih marah-marah yang ngga perlu, dll.
.
.
Sering kita (aku sih 😜) kalo lagi ada problem bertubi-tubi ngerasanya masalah itu paling berat & gawat. Padahal sebenernya kita kadang butuh untuk mengambil jarak dari masalah itu sendiri, menempatkan diri kita sebagai observer daripada sebagai pelaku.
.
.
Why? Karena biasanya kita jadi lebih objektif saat jadi pengamat, karena pandangan kita jadi lebih luas daripada ketika kita 'nyemplung' & 'kelelep' waktu jadi pelaku. Instead of "me, my, I", it would be better to be "us, you & I, we".
.
.
Seperti saat deadline kerjaan kantor bertumpuk dihari yang sama, sementara rumah ngga rapih2, sendirian jauh dari support system, bawaannya pengen marah-marah aja... kalo udah gini siapa lagi yang jadi pelampiasan? Biasanya anak & ujung-ujungnya self blaming.
.
.
Maka daripada situasi 'kelelep' ini berlangsung lebih lama, ambil jarak & ganti sudut pandang. Di kelas TBS ada teknik yg diajarkan, namanya disosiasi. Teknik ini mengajarkan kita untuk switch sudut pandang kita dari pelaku ke observer. Lalu saya mulai analisis situasi, membuat peta masalah didalam kepala & mencoba menyederhanakannya. Oke... here' the problems : deadline besok, laporan belum kelar, Mendeley error setelah di update, cucian belom kelar, rumah masih berantakan, anak-anak perlu makan & didampingi (minimal diarahin) mainannya, masak buat makan malam.
.
.
Lalu buat strateginya : cicil laporan, pake cara referensi bawaan words, cucian dibagi beberapa kloter/ laundry, ajak anak-anak merapikan, minimal sapu rumah (ngga perlu rapi2 amat), tawarin mainan yang ada di kamar, masak simple yang ada di kulkas (toh anak2 ngga pernah rewel soal makan).
.
.
Alhamdulillah... ngga keluar energi lebih banyak buat ngomel-ngomel karena fokus buat ngelakuin strategi solusi.
.
.
Sekarang Ibu bisa ngeteh syantik... mau teh Indo, teh China, apa teh Jerman 😀😄
.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar