Minggu, 10 November 2013

MENGAMBIL HIKMAH, MENGUNTAI MAKNA


Setiap manusia hidup di dunia ini pasti memiliki masalah, yang berbeda kadarnya melainkan disesuaikan dengan batas kemampuannya. Saya lebih senang menyebutnya sebagai, ‘porsi bagian ujian-nya masing-masing’. Semakin tinggi pohon, tentu semakin kencang angin yang menerpanya. Begitu pula diri seorang yang beriman, semakin ia mencoba mendekati syurga, maka ujian yang dihadapkan kepadanya semakin berat. Karena syurga hanya tempat bagi orang-orang yang beriman, yang mampu melewati ujian hidup dengan bijaksana dan mengharap Ridho-Nya. Dan ‘saringan’ yang paling tepat bagi insan yang mendamba syurga adalah UJIAN demi UJIAN.

Cobaan itu akan selalu menimpa seorang mukmin dan mukminah, baik pada dirinya, pada anaknya, ataupun pada hartanya, sehingga ia bertemu dengan Allah tanpa dosa sedikitpun.” (HR Tirmidzi)

Mulai dari ujian yang berbentuk nikmat, agar kita tidak mudah lalai dari sikap syukur atas setiap nikmat sekecil apapun, hingga ujian berupa kesedihan, kelaparan, kehilangan, kemiskinan, dan lain-lain. Dan tidaklah Allah tetapkan sesuatu dengan sia-sia. Dan tugas kita sebagai manusia adalah BERPROSES dalam melewati ujian itu, dengan MENGAMBIL HIKMAH, MENGUNTAI MAKNA.

Seandainya manusia mengetahui bahwa nikmat Allah yang ada dalam musibah itu tidak lain seperti halnya nikmat Allah yang ada dalam kesenangan, niscaya hati dan lisannya akan selalu sibuk untuk mensyukurinya.” (Syifa al-Alil, 525)

Setiap manusia pasti diuji sesuai batas kemampuannya

Maha Besar Allah... Ia tidak akan memberikan ujian kepada hamba-Nya diluar batas kemampuan mereka. Makna yang terkandung didalamnya, menurut saya, setidaknya kita dituntut untuk selalu berpikir positif, dan berusaha untuk memperbesar kapasitas diri dalam mengatasi masalah.

Allah Ta’ala berkata:

﴿أَمْ حَسِبْتُمْ أَنْ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَعْلَمِ اللهُ الَّذِينَ جَاهَدُوا مِنْكُمْ وَيَعْلَمَ الصَّابِرِينَ﴾ [آل عمران: 142].

Apakah kalian mengira bahwa kalian akan masuk jannah, padahal belum dinyatakan Allah orang-orang yang berjihad diantara kalian dan belum dinyatakan pula orang-orang yang sabar”. (Ali Imron: 142).

تُرْجَعُونَ وَإِلَيْنَا فِتْنَةً وَالْخَيْرِ بِالشَّرِّ وَنَبْلُوكُمْ الْمَوْتِ ذَائِقَةُ نَفْسٍ كُلُّ

“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.” (QS. Al-Anbiya: 35)

Allah Ta’ala tidak akan membiarkan seorangpun di muka bumi ini yang mengaku-ngaku sebagai pemeluk agama islam melainkan Allah Ta’ala akan mengujinya, Allah Ta’ala berkata:

﴿الم (1) أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آَمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ (2) وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ (3)﴾ [العنكبوت: 1-4].

Alif laam miim, apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta”. (Al-Ankabut: 1-3).

Batas kemampuan setiap manusia dalam menerima ujian memang berbeda dan tidak bisa dibanding-bandingkan. Namun hal yang perlu kita ingat adalah, hadiah yang menanti diujung sana yang telah Allah janjikan itu tidak main-main, yaitu syurga... Kuncinya sudah diajarkan oleh Allah, yaitu sabar dan tawakal. Mudah diucap ya sepertinya? Tapi tidak bagi mereka yang mencoba menjalani sabar dan tawakal itu sendiri. Sabar berarti menahan dan mencegah. Sedang tawakal bermakna menyerahkan, mempercayakan dan mewakilkan segala urusannya hanya kepada Allah SWT. 

pembahasan mengenai sabar dan tawakal ini sendiri sejatinya panjang, sila disimak di

Menghadapi ujian memang tidak semudah lari dari kenyataan. Maka kesabaran dan kemampuan mengambil hikmah hanya diberikan kepada mereka yang benar-benar bersungguh meraih hidayah Allah ta’ala. Dan ketika seorang mukmin yang sedang diuji tadi mampu menjadikan Allah ta’ala sebagai tujuan, ujian sebesar apapun akan tersemat indah dalam dirinya. Karena ia bertumbuh, tidak mengurangi kesyukuran, melainkan menambah kesabaran.

عَجَبًا لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ عجب. مَا يَقْضِي اللهُ لَهُ مِنْ قَضَاءٍ إِلاَ كَانَ خَيْرًا لَهُ, إِِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ

“Sungguh menakjubkan  keadaan seorang mukmin. Segala keadaan yang dialaminya sangat menakjubkan. Setiap takdir yang ditetapkan Allah bagi dirinya merupakan kebaikan. Apabila dia mengalami kebaikan, dia bersyukur, dan hal itu merupakan kebaikan baginya. Dan apabila dia tertimpa keburukan, maka dia bersabar dan hal itu merupakan kebaikan baginya.” (HR. Muslim no.2999, dari sahabat Shuhaib)

Seorang mukmin hendaknya yakin bahwa apa yang ditakdirkan Allah Ta’ala niscaya akan menimpanya dan tidak meleset sedikitpun. Sedangkan apa yang tidak ditakdirkan oleh-Nya pasti tidak akan menimpanya. Allah Ta’ala berfirman yang artinya :

“Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Kami jelaskan yang demikan itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri.”(Al Hadid: 22-23)

Menyikapi ujian

Allah lebih menyukai hamba yang kuat daripada yang lemah. Kalimat barusan adalah nasihat salah satu sahabat kepada saya saat saya mengalami ujian terberat dalam hidup. Kalimat itu terus terngiang dan menjadi motivator besar bagi saya untuk tetap kuat dan bertahan menghadapi apa yang menghadang didepan. Kekeliruan dalam menyikapi ujian mungkin saja terjadi pada kita. Namun pada setiap kesalahan, selalu ada kesempatan untuk melakukan perbaikan. Terus belajar memahami agama, kuatkan tekad untuk berubah ke arah yang lebih baik.

Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,

الْمُؤْمِنُ الْقَوِىُّ خَيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنَ الْمُؤْمِنِ الضَّعِيفِ وَفِى كُلٍّ خَيْرٌ احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَلاَ تَعْجِزْ وَإِنْ أَصَابَكَ شَىْءٌ فَلاَ تَقُلْ لَوْ أَنِّى فَعَلْتُ كَانَ كَذَا وَكَذَا. وَلَكِنْ قُلْ قَدَرُ اللَّهِ وَمَا شَاءَ فَعَلَ فَإِنَّ لَوْ تَفْتَحُ عَمَلَ الشَّيْطَانِ

"Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah daripada mukmin yang lemah. Namun masing-masing ada kebaikan. Semangatlah meraih apa yang manfaat untukmu dan mohonlah pertolongan kepada Allah, dan jangan bersikap lemah. Jika engkau tertimpa suatu musibah janganlah mengatakan, "Seandainya aku berbuat begini dan begitu, niscaya hasilnya akan lain." Akan tetapi katakanlah, "Allah telah mentakdirkannya, dan apa yang Dia kehendaki Dia Perbuat." Sebab, mengandai-andai itu membuka pintu setan." (HR. Muslim)

Jadikan ujian sebagai pembersih, Gali hikmah sebanyak-banyaknya

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berkata:

«مَا يُصِيبُ المُسْلِمَ مِنْ نَصَبٍ، وَلاَ وَصَبٍ، وَلاَ هَمِّ، وَلاَ حُزْنٍ، وَلاَ أَذًى، وَلاَ غَمِّ، حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا؛ إِلاَّ كَفَّرَ الله بِهَا مِنْ خَطَايَاهُ»..

Tidaklah ditimpakan kepada seseorang yang memeluk agama Islamberupa penderitaan (keletihan), penyakit, kesusahan, kesedihan dan gangguan serta kepedihan sampai-sampai duri yang tertusuk padanya melainkan itu adalah pembersih (penghapus) dosa-dosanya”. (HR. Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah).

Sahabatku, Allah SWT adalah Dzat Yang Tidak Pernah Menyalahi Janji-Nya. Maka apabila Ia telah tetapkan ujian dan musibah sebagai pembersih diri, berarti benarlah adanya. Namun fungsi musibah dan cobaan sebagai pembersih diri ini tidak terjadi begitu saja. Ia butuh kerja keras dan konsistensi untuk dapat diraih. IMHO, ada beberapa jalan yang dapat kita tempuh agar ujian yang menempa kita dapat menjadi penebus dosa dan penghapus kesalahan. Salah satu diantaranya adalah dengan mengingat kesalahan masa lalu. Jadikan diri kita pandai menghisab diri sendiri, sebelum datang hari perhitungan yang berat. Manusia yang pandai menginsyafi kesalahan, akan terangkat derajatnya dimata Allah, walau hinaan dan cercaan manusia menimpanya. Kepandapaian menginsyafi kesalahan sendiri ini dapat pula menjadi ‘rem’ bagi kita, agar tidak terus mencari-cari kesalahan orang lain, bahkan kepada mereka yang telah menyakiti kita.

Hal kedua yang dapat kita lakukan untuk menghibur diri kala tertimpa musibah adalah dengan terus berpikir positif dan mencari hikmah yang tersembunyi. Disetiap kesulitan, pasti Allah sertakan kemudahan bersamanya. Hanya saja sedikit orang yang mampu melihatnya, kebanyakan terpaku pada masalah yang ada dan berfokus pada rasa sakitnya.

Terkadang, hikmah dibalik musibah tidak datang sesaat setelah musibah itu terjadi. Saya menganalogikannya sebagai kepingan puzzle. Bila dilihat kepingan per kepingan seperti tidak bermakna. Namun kelak ketika sudah tiba saatnya, baru akan terlihat gambar indah yang terdapat didalamnya. Kuncinya jangan berhenti untuk melihat sisi positif, terus bangun diri menjadi pribadi yang lebih baik, lebih bijak, dan lebih arif. Ini keterampilan kok, artinya bisa dipelajari dengan menempa diri pada setiap episode kehidupan. Ketika kita sudah mampu mengambil potongan hikmah dari musibah yang dialami, insya Allah kita akan mampu menguntai makna yang jauh lebih besar. :)

Diambil dari berbagai sumber
foto : http://anawahidah.blogspot.com/2012/10/ada-hikmah-yang-berlaku.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar